Mengenal Permainan Tradisional Indonesia

Tuesday 24 December 2013

Bermain dimasa kecil merupakan suatu hal yang mengasyikan, tidak terkecuali bagiku. Ketika masih kecil banyak permainan yang sering dilakukan bersama teman-teman. Selain mengasyikan ternyata kini aku mulai menyadari, bahwa permainan tradisional yang sering kita lakukan dulu memiliki manfaat. Diantaranya menumbuhkan sikap dan mental sportifitas, melatih ketangkasan fisik, serta dapat melatih kecerdasan otak anak. Beberapa permainan yang dulu sering aku lakukan di lingkungan rumah dan sekolah bersama teman-teman yang mungkin kini semakin lama semakin jarang ditemukan diantaranya :

Conglak
Conglak menurutku permainan mengasyikan yang penuh dengan strategi dalam berpikir. Kita tidak hanya menempatkan biji-bijian begitu saja tapi juga harus mampu berpikir dan berkalkulasi agar dapat menempatkan biji-bijian tersebut sebagai milik kita. Handphone yang jadulpun pernah mengadopsi permainan ini (bantumi). Conglak merupakan permainan tradisional yang dimainkan dibeberapa daerah. Permainan ini menggunakan biji-bijian ataupun batu atau bisa juga kulit kerang dan sebuah papan yang berisi cekungan lubang. Permainan congklak hanya dimainkan oleh 2 orang. Dimana dalam permainan ini diperlukan sebuah papan congklak dan biji congklak. Dulu karena tidak memiliki biaya membeli papan congklak maka aku sering menggunakan media tanah untuk bermain. Hanya dengan melubangi tanah menyerupai cekungan lubang pada congklak dan menggunakan batu sebagai biji congklaknya. Papan congklak biasanya terdapat 16 lubang dimana 14 lubang kecil yang berjajar dan 2 lubang besar pada kedua sisi. Setiap 7 lubang kecil di sisi pemain dan 1 lubang besar di sisi sebelah kanannya merupakan milik salah satu pemain dan begitupula sebaliknya. Tapi aku selalu memainkan congklak dengan jumlah lubang kecil yang bervariasi sesuai dengan kesepakatan bersama lawan main. Semakin banyak lubang kecil yang disepakati maka permainan ini makin menjadi sulit dan harus ekstra berpikir...wahahaha... Akhir dari permainan ini di tandai dengan habisnya biji congklak pada lubang kecil pada masing-masing pemain dan pemenangnya adalah anak yang memiliki jumlah biji congklak terbanyak pada lubang yang besar pada sisi kanan masing-masing...hehe

Benteng

Permainan yang memerlukan ketangkasan dan kerjasama tim yang baik. Permainan ini memerlukan daerah yang cukup luas untuk memainkannya. Permainan benteng dilakoni oleh 2 tim dimana biasanya 1 tim beranggota 4 sampai 8 orang. Kemudian setiap tim biasanya memilih lokasi benteng dalam bentuk benda seperti tiang atau pohon atau apalah terserah (tergantung imajinasi anak" aja). Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengambil alih "benteng" dari lawan hanya dengan menyentuhnya dan meneriakan kata "BENTENG". Namun dalam permainan ini diperlukan strategi dalam memperoleh kemenangan. Menyentuh benteng lawan bukanlah suatu perkara yang mudah sehingga perlu otak cemerlang serta fisik yang kuat. Jika perlu diperlukan seorang yang mampu menyusun strategi. Biasanya strategi yang dilakukan adalah "menawan" seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Sehingga hanya 1 atau 2 orang yang tersisa di benteng pihak lawan. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi penawan dan tertawan, dapat ditentukan siapa yang terakhir menyentuh benteng masing-masing sebelum menyentuh lawan. Dalam permainan ini diperbolehkan membebaskan rekannya yang menjadi tawanan. Dengan menyentuh terlebih dahulu benteng sendiri yang kemudian memegang tawanan tersebut serta menariknya sambil berlari kembali ke bentengnya. Tawanan biasanya ditempatkan sekitar benteng musuh. Kejar-kejaran antar pemain pun terjadi, maka diperlukan tenaga ekstra. Bila naas, justru yang akan membebaskan rekannya malah menjadi tawanan. Perlu orang yang gesit, lincah dan tangkas dalam bermain benteng sehingga kemenangan lebih mudah didapatkan...

Slodor
Mungkin sedikit aneh didengar di telinga karena di daerah lain permainan ini memiliki nama yang
berbeda-beda. Slodor di daerahku sering juga disebut Galah Asin, Galasin, ataupun Gobak Sodor di daerah lain di Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3–5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat dengan ukuran menyesuaikan yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horizontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horizontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. 

Permainan di atas merupakan sedikit dari banyak permainan tradisional yang mulai menghilang di jaman teknologi saat ini. Permainan benteng mungkin terlihat kuno dibanding dengan permainan game di gadget. Namun dibalik semua itu ternyata permainan-permainan tradisional seperti di atas lebih memiliki manfaat dibandikan permainan modern. Lebih mengajarkan kepada anak-anak tentang arti sportifitas dan kerjasama antar tim yang semua itu tidak bisa didapat dari hanya sekedar gadget atau videogame semata. Permainan tradisional juga mampu meningkatkan intelegensi anak seperti pada permainan congklak. Permainan modern yang bersifat monoton dengan level yang hanya sedikit ditingkatkan membuat anak menjadi lebih malas dan terkadang permainan modern seperti video game membuat anak malas untuk bergerak. Mereka mampu duduk diam berjam-jam untuk bermain gadget ataupun video game yang terkadang membuat mereka sampai lupa makan dan tak jarang juga dapat merusak mata. Jadi, sebagai orangtua dan calon orangtua nantinya, lebih bijak untuk mengarahkan anak ketika memilih suatu permainan. Permainan modern tidaklah sepenuhnya buruk namun dengan bermain permainan tradisional selain memiliki manfaat yang banyak bagi anak juga dapat melestarikan budaya dan tradisi kita... LOVE INDONESIA

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

About me

I'm an ordinary person...
Powered by Blogger.